Pages

Rabu, 25 Desember 2013

Saat Bahagia Bersama Ibu

Siang itu cuaca cukup panas untuk membuat bajuku basah oleh keringat. Suasana ruang kuliah yang berukuran luas dengan jendela yang terbuka tidak dapat mengalahkan cuaca panas hari ini. Para mahasiswa terlihat berjuang melawan rasa kantuk dan bosan oleh materi yang diberikan dosen. Gerah, mengantuk serta materi kuliah yang cukup sulit membuat rasa bosanku bertambah. Selang beberapa menit kemudian, dosen mengakhiri perkuliahan hari ini. Mataku yang semula sudah mulai terpejam seketika berubah cerah dan bersemangat kembali. Aku kemudian membereskan semua buku dan bersiap untuk pulang. Hari ini adalah hari terakhir perkuliahan sebelum mulai ujian akhir semester.
Tiba-tiba salah satu temanku menepuk punggungku dan bertanya, “Kau jadi ikut liburan bersama nanti?”
Aku menggeleng.”Aku ada janji dengan keluargaku. Maaf ya?” jawabku dengan tersenyum.
“It’s okay. Selamat berlibur ya,” ujar temanku kemudian dia meninggalkanku.
Aku pun beranjak dari kursi dan pulang ke kos. Setelah pulang aku berganti baju dan bersiap untuk pulang. Semua persiapan pulang sudah aku siapkan agar tidak terlalu buru-buru. Usai berpamitan ke teman kostku, aku pun pergi.
Dalam perjalanan di bus, ibuku menelepon. Beliau berkata bahwa liburan dibatalkan karena salah satu keluarga sedang sakit. Tapi beliau menawarkan untuk berlibur di desa Sapikerep, rumah nenekku. Beliau sudah menungguku di sana dan aku pun tidak dapat menolak tawarannya. Perjalanan pulang terasa hambar karena pembatalan liburan tersebut.
Saat tiba di rumah, suasana sepi karena memang tinggal aku dan ibuku yang menempatinya. Usai meletakkan semua barangku dan packing untuk berangkat ke Sapikerep besok pagi, aku pun tertidur. Keesokan paginya cuaca cukup cerah dan aku pun berangkat dengan naik bus mini. Selama satu jam perjalanan yang cukup membosankan, akhirnya aku pun turun di depan balai desa. Di sana aku dijemput oleh sepupuku. Sampai di depan rumah, aku lihat suasana cukup sepi. Mungkin ibu sedang berkebun, pikirku. Sebelum aku masuk, ku lihat sekeliling rumah terhampar sawah yang cukup luas dan hutan-hutan yang ditumbuhi berbagai macam pepohonan. Udara di desa ini sejuk dan bersih, sangat berbeda saat berada di kota. Setelah cukup puas menikmati suasana desa aku pun masuk dan membersihkan diri.
Usai membersihkan diri, aku pun keluar untuk menikmati udara pedesaan. Saat ku buka pintu, terhirup udara segar khas pedesaan. Aku merindukan saat seperti ini. Tiba-tiba ibuku datang dengan membawa setumpuk sayur-sayuran yang diambil dari kebun.
“Kok banyak banget sayurnya?” tanyaku.
“Buat menu hari ini. Ibu tau kamu tidak pernah makan sayur dan untuk liburan sekarang menu makanan semua sayur,” ujar ibuku seraya meletakkan semua sayuran di dapur.
Aku pun hanya cemberut mendengar ucapan ibuku. Liburan seharusnya untuk bersenang-senang, tapi aku liburan harus dihabiskan untuk makan sayur. Menjengkelkan, ujarku dalam hati.
Dengan setengah hati, aku membantu ibu membuat masakan malam ini. Menu malam ini penuh dengan sayur dan aku membencinya makan malam hari ini. Lebih baik aku ikut liburan bersama teman-temanku, batinku. Penyesalan pun datang menghampiri pikiranku.
Pagi harinya aku dibangunkan oleh ibu untuk membantu menanam di kebun. Dengan setengah mengantuk, aku beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju kebun. Saat di kebun aku membantu menggarap lahan yang diwariskan nenekku. Aku merasa kesal karena merasa liburan ini bukanlah liburanyang aku inginkan. Namun, saat ku ilhat ibuku menanam sayuran dengan keringat menghiasi wajahnya yang sudah berkeriput, terasa getaran yang aneh di hatiku. Entah kenapa aku merasa iba dengan ibuku. Beliau bekerja keras untuk menghidupi keluarganya seorang diri, sedangkan aku hanya seorang anak yang selalu protes dengan keadaan dan tidak berterima kasih. Timbul rasa penyesalan dalam diri ini. Seharusnya aku senang dapat berlibur bersama ibuku karena hanya di saat liburan ini aku dapat berdua dengan ibuku. Aku kemudian bersemangat untuk membantu ibu agar pekerjaannya dapat cepat selesai. Aku tidak akan menghabiskan waktu liburan dengan berkeluh kesah terhadap keadaan.
Keesokan paginya, aku mengajak ibuku untuk berjalan-jalan. Rencananya aku sudah menyewa kendaraan untuk mengantar ke Bromo. Di sana aku dan ibu berjalan-jalan dan menikmati panorama Bromo. Aku bersyukur meskipun tidak bisa berlibur bersama temanku, tapi aku dapat berlibur berdua bersama ibu dan menghabiskan waktu bersama. Ibu mungkin sedikit menjengkelkan tapi tidak dapat dipungkiri bahwa aku sangat merindukan kebersamaan bersamanya. Aku tidak menyesal meskipun liburan hanya dihabiskan di desa, namun aku senang karena bisa menikmati saat bahagia bersama ibu.

5 komentar :

  1. Good luck ya, kontesnya :)

    Main ke lapak aku juga yuk -> http://goresanpemenang.blogspot.com/2013/12/liburan-seru-bareng-ibu-merancang-rpp.html ^^

    BalasHapus
  2. Bahagia itu sederhana....

    eh sayur itu enak tahu :P
    *tergantung ngolahnya :D

    BalasHapus
  3. Cerita yang bagus sis...? Moga sukses ya ? terimakasih sudah mengikuti Mini Kontes anesalam hangat.

    BalasHapus
  4. ah memasak adalah warisan yang tak pernah terlupakan ... selamat berlibur dan memasak bersama bunda tercinta ... salam kenal
    http://bchree.wordpress.com/2014/01/08/malaikatku-di-dunia/

    BalasHapus
  5. bagus banget nan...:)
    kamu ada bakat lo, harus dikembangkan nih..

    BalasHapus