Siang itu cuaca cukup panas untuk membuat bajuku basah
oleh keringat. Suasana ruang kuliah yang berukuran luas dengan jendela yang
terbuka tidak dapat mengalahkan cuaca panas hari ini. Para mahasiswa terlihat
berjuang melawan rasa kantuk dan bosan oleh materi yang diberikan dosen. Gerah,
mengantuk serta materi kuliah yang cukup sulit membuat rasa bosanku bertambah. Selang
beberapa menit kemudian, dosen mengakhiri perkuliahan hari ini. Mataku yang
semula sudah mulai terpejam seketika berubah cerah dan bersemangat kembali. Aku
kemudian membereskan semua buku dan bersiap untuk pulang. Hari ini adalah hari
terakhir perkuliahan sebelum mulai ujian akhir semester.
Tiba-tiba salah satu temanku menepuk punggungku dan
bertanya, “Kau jadi ikut liburan bersama nanti?”
Aku menggeleng.”Aku ada janji dengan keluargaku. Maaf ya?”
jawabku dengan tersenyum.
“It’s okay. Selamat berlibur ya,” ujar temanku kemudian dia
meninggalkanku.
Aku pun beranjak dari kursi dan pulang ke kos. Setelah pulang
aku berganti baju dan bersiap untuk pulang. Semua persiapan pulang sudah aku
siapkan agar tidak terlalu buru-buru. Usai berpamitan ke teman kostku, aku pun
pergi.
Dalam perjalanan di bus, ibuku menelepon. Beliau berkata
bahwa liburan dibatalkan karena salah satu keluarga sedang sakit. Tapi beliau
menawarkan untuk berlibur di desa Sapikerep, rumah nenekku. Beliau sudah
menungguku di sana dan aku pun tidak dapat menolak tawarannya. Perjalanan pulang
terasa hambar karena pembatalan liburan tersebut.
Saat tiba di rumah, suasana sepi karena memang tinggal
aku dan ibuku yang menempatinya. Usai meletakkan semua barangku dan packing
untuk berangkat ke Sapikerep besok pagi, aku pun tertidur. Keesokan paginya
cuaca cukup cerah dan aku pun berangkat dengan naik bus mini. Selama satu jam
perjalanan yang cukup membosankan, akhirnya aku pun turun di depan balai desa. Di
sana aku dijemput oleh sepupuku. Sampai di depan rumah, aku lihat suasana cukup
sepi. Mungkin ibu sedang berkebun, pikirku. Sebelum aku masuk, ku lihat
sekeliling rumah terhampar sawah yang cukup luas dan hutan-hutan yang ditumbuhi
berbagai macam pepohonan. Udara di desa ini sejuk dan bersih, sangat berbeda
saat berada di kota. Setelah cukup puas menikmati suasana desa aku pun masuk
dan membersihkan diri.
Usai membersihkan diri, aku pun keluar untuk menikmati
udara pedesaan. Saat ku buka pintu, terhirup udara segar khas pedesaan. Aku merindukan
saat seperti ini. Tiba-tiba ibuku datang dengan membawa setumpuk sayur-sayuran
yang diambil dari kebun.
“Kok banyak banget sayurnya?” tanyaku.
“Buat menu hari ini. Ibu tau kamu tidak pernah makan
sayur dan untuk liburan sekarang menu makanan semua sayur,” ujar ibuku seraya
meletakkan semua sayuran di dapur.
Aku pun hanya cemberut mendengar ucapan ibuku. Liburan seharusnya
untuk bersenang-senang, tapi aku liburan harus dihabiskan untuk makan sayur. Menjengkelkan,
ujarku dalam hati.
Dengan setengah hati, aku membantu ibu membuat masakan
malam ini. Menu malam ini penuh dengan sayur dan aku membencinya makan malam
hari ini. Lebih baik aku ikut liburan bersama teman-temanku, batinku. Penyesalan
pun datang menghampiri pikiranku.
Pagi harinya aku dibangunkan oleh ibu untuk membantu
menanam di kebun. Dengan setengah mengantuk, aku beranjak dari tempat tidur dan
berjalan menuju kebun. Saat di kebun aku membantu menggarap lahan yang
diwariskan nenekku. Aku merasa kesal karena merasa liburan ini bukanlah liburanyang aku inginkan. Namun, saat ku ilhat ibuku menanam sayuran dengan keringat menghiasi
wajahnya yang sudah berkeriput, terasa getaran yang aneh di hatiku. Entah kenapa
aku merasa iba dengan ibuku. Beliau bekerja keras untuk menghidupi keluarganya
seorang diri, sedangkan aku hanya seorang anak yang selalu protes dengan
keadaan dan tidak berterima kasih. Timbul rasa penyesalan dalam diri ini. Seharusnya
aku senang dapat berlibur bersama ibuku karena hanya di saat liburan ini aku
dapat berdua dengan ibuku. Aku kemudian bersemangat untuk membantu ibu agar pekerjaannya
dapat cepat selesai. Aku tidak akan menghabiskan waktu liburan dengan berkeluh
kesah terhadap keadaan.
Keesokan paginya, aku mengajak ibuku untuk
berjalan-jalan. Rencananya aku sudah menyewa kendaraan untuk mengantar ke
Bromo. Di sana aku dan ibu berjalan-jalan dan menikmati panorama Bromo. Aku bersyukur
meskipun tidak bisa berlibur bersama temanku, tapi aku dapat berlibur berdua
bersama ibu dan menghabiskan waktu bersama. Ibu mungkin sedikit menjengkelkan
tapi tidak dapat dipungkiri bahwa aku sangat merindukan kebersamaan bersamanya. Aku tidak menyesal meskipun liburan hanya dihabiskan di desa, namun aku senang karena bisa menikmati saat bahagia bersama ibu.
Good luck ya, kontesnya :)
BalasHapusMain ke lapak aku juga yuk -> http://goresanpemenang.blogspot.com/2013/12/liburan-seru-bareng-ibu-merancang-rpp.html ^^
Bahagia itu sederhana....
BalasHapuseh sayur itu enak tahu :P
*tergantung ngolahnya :D
Cerita yang bagus sis...? Moga sukses ya ? terimakasih sudah mengikuti Mini Kontes anesalam hangat.
BalasHapusah memasak adalah warisan yang tak pernah terlupakan ... selamat berlibur dan memasak bersama bunda tercinta ... salam kenal
BalasHapushttp://bchree.wordpress.com/2014/01/08/malaikatku-di-dunia/
bagus banget nan...:)
BalasHapuskamu ada bakat lo, harus dikembangkan nih..