Analgesik atau obat – obat penghalang nyeri adalah zat
– zat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran. sedangkan Anasthesi adalah zat – zat yang dapat mengurangi
atau menghilangkan rasa nyeri dengan menghilangkan kesadaran.
Sedangkan antipiretik adalah obat yang dapat
menurunkan demam (suhu tubuh yang tinggi). Pada umumnya (sekitar 90%) analgesik
mempunyai efek antipiretik.
Jadi, analgetik-antipiretik adalah obat yang
mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
Obat analgesik antipiretik serta Obat Anti Inflamasi
non Steroid (OAINS) merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan
beberapa obat sangat berbeda secara kimia.Walaupun demikian, obat-obat ini
ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping.
Prototipe obat golongan ini adalah aspirin. Karena itu, banyak golongan dalam
obat ini sering disebut obat mirip aspirin (Aspirin-like drugs)
Klasifikasi kimiawi OAINS sebenarnya tidak banyak manfaat kimianya karena ada OAINS dari subgolongan yang sama memiliki sifat yang berbeda.
Klasifikasi kimiawi OAINS sebenarnya tidak banyak manfaat kimianya karena ada OAINS dari subgolongan yang sama memiliki sifat yang berbeda.
Sebaliknya ada OAINS yang berbeda subgolongan tapi memiliki
sifat yang serupa.
Kemajuan penelitian dalam dasawarsa terakhir ini memberi penjelasan mengapa kelompok heterogen tersebut memiliki kesamaan efek terapi dan efek samping. Ternyata sebagian besar efek terapi dan efek sampingnya berdasarkan atas penghambatan biosintesis prostaglandin (PG).
Mekanisme kerja dan yang berhubungan dengan system biosintesis Prostaglandin ini mulai diperlihatkan secara invitro bahwa dosis rendah aspirin dan indometasin menghambat produksi enzimatik Prostaglandin. Penelitian lanjutan membuktikan bahwa Prostaglandin akan dilepaskan bilamana sel mengalami kerusakan. Walaupun secara invitro OAINS diketahui menghambat obat berbagai reaksi biokimiawi, hubungan dengan efek analgesic, antipiretik dan anti inflamasinya belum jelas. Selain itu, OAINS secara umum tidak menghambat biosintesis leukotrien yang diketahui ikut berperan dalam inflamasi.
Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi PGG2 terganggu.Setiap obat menghambat siklooksigenase dengan cara yang berbeda. Khusus parasetamol, hambatan biosintesis prostaglandin hanya terjadi bila lingkungannya rendah kadar peroksid seperti di hipotalamus. Lokasi inflamasi biasanya mengandung banyak peroksid yang dihasilkan oleh leukosit. Ini menjelaskan mengapa anti-inflamasi parasetamol praktis tidak ada aspirin sendiri menghambat dengan mengasetiliasi gugus aktifserin dan enzim ini.Trombosit sangat rentan terhadap penghambatan ini karena selain tidak mampu mengadakan regenerasi enzim sehingga dosis tunggal aspirin 40 mg sehari telah cukup untuk menghambat siklooksigenase trombosit manusia selama masa hidup trombosit yaitu 8-11 hari.
Kemajuan penelitian dalam dasawarsa terakhir ini memberi penjelasan mengapa kelompok heterogen tersebut memiliki kesamaan efek terapi dan efek samping. Ternyata sebagian besar efek terapi dan efek sampingnya berdasarkan atas penghambatan biosintesis prostaglandin (PG).
Mekanisme kerja dan yang berhubungan dengan system biosintesis Prostaglandin ini mulai diperlihatkan secara invitro bahwa dosis rendah aspirin dan indometasin menghambat produksi enzimatik Prostaglandin. Penelitian lanjutan membuktikan bahwa Prostaglandin akan dilepaskan bilamana sel mengalami kerusakan. Walaupun secara invitro OAINS diketahui menghambat obat berbagai reaksi biokimiawi, hubungan dengan efek analgesic, antipiretik dan anti inflamasinya belum jelas. Selain itu, OAINS secara umum tidak menghambat biosintesis leukotrien yang diketahui ikut berperan dalam inflamasi.
Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi PGG2 terganggu.Setiap obat menghambat siklooksigenase dengan cara yang berbeda. Khusus parasetamol, hambatan biosintesis prostaglandin hanya terjadi bila lingkungannya rendah kadar peroksid seperti di hipotalamus. Lokasi inflamasi biasanya mengandung banyak peroksid yang dihasilkan oleh leukosit. Ini menjelaskan mengapa anti-inflamasi parasetamol praktis tidak ada aspirin sendiri menghambat dengan mengasetiliasi gugus aktifserin dan enzim ini.Trombosit sangat rentan terhadap penghambatan ini karena selain tidak mampu mengadakan regenerasi enzim sehingga dosis tunggal aspirin 40 mg sehari telah cukup untuk menghambat siklooksigenase trombosit manusia selama masa hidup trombosit yaitu 8-11 hari.
Nyeri merupakan suatu perasaan pribadi dan ambang toleransi
nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. Batas nyeri untuk suhu adalah konstan, yakni
44-450C. Mediator nyeri antara lain mengakibatkan reaksi radang dan
kejang-kejang yang mengaktivasi reseptor nyeri di ujung-ujung saraf bebas di
kulit, mukosa, dan jarigan lainnya. Nociceptor ini terdapat diseluruh jaringan
dan organ tubuh, kecuali di system saraf pusat. Dari sini rangsangan disalurkan
ke otak melalui jaringan yang hebat dari tajuk-tajuk neuron dengan sinaps yang
amat banyak melalui sum-sum tulang belakang, sum-sum tulang lanjutan dan otak
tengah. Dari thalamus impuls diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana
impuls dirasakan sebagai nyeri.
Adapun mediator nyeri yang disebut juga sebagai autakoid antara lain serotonin, histamine, bradikinin, leukotrien dan prostglandin. Bradikinin merupakan polipeptida (rangkaian asam amino) yang diberikan dari protein plasma.
Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkatan (level) dimana nyeri dirasakan untuk yang pertama kali. Jadi, intesitas rangsangan yang terendah saat seseorang merasakan nyeri. Untuk setiap orang ambang nyerinya adalah konstan.
Kesadaran akan perasaan sakit terdiri dari dua proses, yakni penerimaan rangsangan sakit di bagian otak besar dan reaksi-reaksi emosional dan individu terhadap perangsang ini. Obat penghalang nyeri (analgetik) mempengaruhi proses pertama dengan mempertinggi ambang kesadaran akan perasaan sakit, sedangkan narkotik menekan reaksi-reaksi psychis yang diakibatkan oleh rangsangan sakit.
Adapun mediator nyeri yang disebut juga sebagai autakoid antara lain serotonin, histamine, bradikinin, leukotrien dan prostglandin. Bradikinin merupakan polipeptida (rangkaian asam amino) yang diberikan dari protein plasma.
Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkatan (level) dimana nyeri dirasakan untuk yang pertama kali. Jadi, intesitas rangsangan yang terendah saat seseorang merasakan nyeri. Untuk setiap orang ambang nyerinya adalah konstan.
Kesadaran akan perasaan sakit terdiri dari dua proses, yakni penerimaan rangsangan sakit di bagian otak besar dan reaksi-reaksi emosional dan individu terhadap perangsang ini. Obat penghalang nyeri (analgetik) mempengaruhi proses pertama dengan mempertinggi ambang kesadaran akan perasaan sakit, sedangkan narkotik menekan reaksi-reaksi psychis yang diakibatkan oleh rangsangan sakit.
Pemberantasan nyeri
Berdasarkan proses terjadinya nyeri, maka rasa nyeri dapat
dilawan dengan beberapa cara, yaitu :
1. Merintangi pembentukan rangsangan dalam reseptor-reseptor nyeri perifer, oleh analgetika perifer atau anestetika lokal.
2. Merintangi penyaluran rangsangan nyeri dalam saraf-saraf sensoris, misalnya dengan anestetika lokal
3. Blokade dari pusat nyeri dalam Sistem Saraf Pusat dengan analgetika sentral (narkotika) atau anestetika umum.
Pada pengobatan rasa nyeri dengan analgetika, faktor-faktor psikis turut berperan, misalnya kesabaran individu dan daya menerima nyeri dari si pasien. Secara umum analgetika dibagi dalam dua golongan, yaitu analgetik non-narkotinik atau analgesik non-opioid atau integumental analgesic (misalnya asetosal dan parasetamol) dan analgetika narkotik atau analgesik opioid atau visceral analgesic (misalnya morfin).
1. Merintangi pembentukan rangsangan dalam reseptor-reseptor nyeri perifer, oleh analgetika perifer atau anestetika lokal.
2. Merintangi penyaluran rangsangan nyeri dalam saraf-saraf sensoris, misalnya dengan anestetika lokal
3. Blokade dari pusat nyeri dalam Sistem Saraf Pusat dengan analgetika sentral (narkotika) atau anestetika umum.
Pada pengobatan rasa nyeri dengan analgetika, faktor-faktor psikis turut berperan, misalnya kesabaran individu dan daya menerima nyeri dari si pasien. Secara umum analgetika dibagi dalam dua golongan, yaitu analgetik non-narkotinik atau analgesik non-opioid atau integumental analgesic (misalnya asetosal dan parasetamol) dan analgetika narkotik atau analgesik opioid atau visceral analgesic (misalnya morfin).
Terapi jenis – jenis nyeri
Pada pengobatan rasa nyeri dan analgetika, faktor – faktor
psikis turut memberikan peranan. Jenis – jenis nyeri yaitu :
a. nyeri ringan
b. nyeri menahun
c. nyeri hebat
d. nyeri hebat yang
menahun
Penggolongan Analgetika
Atas kerja farmakologisnya, analgesic dibagi dalam dua kelompok
besar, yaitu:
A. Analgetik
Perifer (non narkotik)
Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Obat- obat ini dinamakan juga analgetika perifer, karena tidak mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, tidak menurunkan kesadaran atau mengakibatkan ketagihan. Semua analgetika perifer juga memiliki kerja antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan pada keadaan demam, maka disebut juga analgetik antipiretik. Khasiatnya berdasarkan rangsangannya terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai keluarnya banyak keringat.
Penggolongan analgetika perifer secara kimiawi adalah sebagai berikut:
1. Salisilat-salisilat, Na-salisilat, asetosal, salisilamida, dan benirilat
2. Derivat-derivat p-aminofenol:fenasetin dan parasetamol
3. Derivat-derivat pirozolon:antipirin,aminofenazon, dipiron, fenilbutazon dan turunan-turunannya
4. Derivat-derivat antranilat: glafenin, asam mefenamat, dan asam nifluminat.
Contoh obat :
Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Obat- obat ini dinamakan juga analgetika perifer, karena tidak mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, tidak menurunkan kesadaran atau mengakibatkan ketagihan. Semua analgetika perifer juga memiliki kerja antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan pada keadaan demam, maka disebut juga analgetik antipiretik. Khasiatnya berdasarkan rangsangannya terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai keluarnya banyak keringat.
1. Salisilat-salisilat, Na-salisilat, asetosal, salisilamida, dan benirilat
2. Derivat-derivat p-aminofenol:fenasetin dan parasetamol
3. Derivat-derivat pirozolon:antipirin,aminofenazon, dipiron, fenilbutazon dan turunan-turunannya
4. Derivat-derivat antranilat: glafenin, asam mefenamat, dan asam nifluminat.
Contoh obat :
SIRUP TETES MENGANDUNG :
Parasetamol 100 mg/ml ; sirup : parasetamol 120 mg/ 5 ml,etanol 6%.
Parasetamol 100 mg/ml ; sirup : parasetamol 120 mg/ 5 ml,etanol 6%.
KAPLET :
parasetamol 600 mg.
INDIKASI :
Menurunkan panas , menghilangkan rasa sakit.
KONTRA INDIKASI :
Hipersensitivitas
EFEK SAMPING :
Mual, muntah, diare,penggunaan pada dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati.
KEMASAN :
( HNA + ) Botol 15 ml sirup tetes, 60 ml sirup ;
dos 15 x 10 kaplet ;
botol 1000 kaplet.
parasetamol 600 mg.
INDIKASI :
Menurunkan panas , menghilangkan rasa sakit.
KONTRA INDIKASI :
Hipersensitivitas
EFEK SAMPING :
Mual, muntah, diare,penggunaan pada dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati.
KEMASAN :
( HNA + ) Botol 15 ml sirup tetes, 60 ml sirup ;
dos 15 x 10 kaplet ;
botol 1000 kaplet.
HARGA : Rp 250,00
ANALSPEC 250 MG
KOMPOSISI :
Tiap kapsul mengandung 250 mg asam mefenamat
CARA KERJA OBAT :
Asam mefenamat merupakan kelompok antiinflamasi nonsteroid bekerja dengan cara menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzym siklooksigenase sehingga mempunyai efek analgesik, antiinflamasi, antipiretik.
INDIKASI :
untuk menghilangkan rasa nyeri dari ringan sampai sedang dalam kondisi akut dan kronik, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot, sakit sehabis operasi dan melahirkan, nyeri sewaktu haid, sakit kepala dan sakit gigi dan juga sebagai antipiretik pada keadaan demam.
KONTRA INDIKASI :
Pada penderita tukak lambung dan usus, penderita asma, penderita dengan gangguan fungsi ginjaldan penderita yang hipersensitif terhadap asam mefenamat.
POSOLOGI :
Dewasa : Dosis awal yang dianjurkan 500 mg, kemudian dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam
PERINGATAN & PERHATIAN :
- Jangan diberikan pada pendrita yang mendapat bronkospasma, rhinitis allergika dan urtikaria karena obat anti inflamasi non steroid yang lain karena kemungkinan terjadi sensitivitas silang
- Jangan diberikan pada wanita hamil dan menyusui
- Keamanan pemakaian pada anak-anak dibawah usia 14 tahun belum diketahui dengan pasti
- Jangan diberikan lebih dari dosis yang dianjurkan atau lebih dari 7 hari,kecuali atas petunjuk dokter
EFEK SAMPING :
Umumnya ANALSPEC dapat ditolerir dengan baik pada dosis yang dianjurkan. Pada beberapa kasus pernah dilaporkan terjadinya rasa mual, muntah, diare.
Pada penggunaan jangka panjang yang terus menerus dengan dosis 2000 mg atau lebih sehari dapat mengakibatkan agranulositosis dan anemia hemolitik.
INTERAKSI OBAT :
Penggunaan bersamaan dengan antikoagulan oral dapat memperpanjang "Prothrombin"
KEMASAN & NO REG. :
Box isi 10 strip @ 10 kapsul, DKL 9116105604 A1
PERHATIAN :
Simpan di tempat sejuk dan kering serta terlindung dari cahaya
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
PABRIK :
PT MESTIKA FARMA
HARGA : Rp.650,00
Tiap kapsul mengandung 250 mg asam mefenamat
CARA KERJA OBAT :
Asam mefenamat merupakan kelompok antiinflamasi nonsteroid bekerja dengan cara menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzym siklooksigenase sehingga mempunyai efek analgesik, antiinflamasi, antipiretik.
INDIKASI :
untuk menghilangkan rasa nyeri dari ringan sampai sedang dalam kondisi akut dan kronik, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot, sakit sehabis operasi dan melahirkan, nyeri sewaktu haid, sakit kepala dan sakit gigi dan juga sebagai antipiretik pada keadaan demam.
KONTRA INDIKASI :
Pada penderita tukak lambung dan usus, penderita asma, penderita dengan gangguan fungsi ginjaldan penderita yang hipersensitif terhadap asam mefenamat.
POSOLOGI :
Dewasa : Dosis awal yang dianjurkan 500 mg, kemudian dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam
PERINGATAN & PERHATIAN :
- Jangan diberikan pada pendrita yang mendapat bronkospasma, rhinitis allergika dan urtikaria karena obat anti inflamasi non steroid yang lain karena kemungkinan terjadi sensitivitas silang
- Jangan diberikan pada wanita hamil dan menyusui
- Keamanan pemakaian pada anak-anak dibawah usia 14 tahun belum diketahui dengan pasti
- Jangan diberikan lebih dari dosis yang dianjurkan atau lebih dari 7 hari,kecuali atas petunjuk dokter
EFEK SAMPING :
Umumnya ANALSPEC dapat ditolerir dengan baik pada dosis yang dianjurkan. Pada beberapa kasus pernah dilaporkan terjadinya rasa mual, muntah, diare.
Pada penggunaan jangka panjang yang terus menerus dengan dosis 2000 mg atau lebih sehari dapat mengakibatkan agranulositosis dan anemia hemolitik.
INTERAKSI OBAT :
Penggunaan bersamaan dengan antikoagulan oral dapat memperpanjang "Prothrombin"
KEMASAN & NO REG. :
Box isi 10 strip @ 10 kapsul, DKL 9116105604 A1
PERHATIAN :
Simpan di tempat sejuk dan kering serta terlindung dari cahaya
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
PABRIK :
PT MESTIKA FARMA
HARGA : Rp.650,00
ANTALGIN
KOMPOSISI :
Tiap tablet mengandung Metampiron 500 mg
CARA KERJA OBAT :
Metampiron bekerja sebagai analgesik. Diabsorpsi dari saluran pencernaan, mempunyai waktu paruh 1-4 jam.
INDIKASI :
Untuk meringankan rasa sakit terutama nyeri kolik dan sakit setelah operasi.
DOSIS :
Dewasa jika sakit 1 tablet, berikutnya 1 tablet tiap 6-8 jam, maksimum 4 tablet sehari.
PERINGATAN & PERHATIAN :
- Tidak untuk mengobati sakit otot pada gejala-gejala flu dan tidak untuk mengobati reumatik, lumbago, sakit punggung, bursitis, sindroma bahu-lengan.
- Karena dapat meningkatkan agraulusitosis yang berakibat fatal maka sebaiknya tidak digunakan dalam jangka panjang terus menerus.
- Hati-hati pada penderita yang pernah mengalami gangguan pembentukan darah/kelainan darah, gangguan fungsi hati atau ginjal.Karena itu perlu dilakukan pemeriksaan uji fungsi hati dan darah pada penggunaan yang lebih lama dari penggunaan untuk mengatasi rasa sakit akut.
EFEK SAMPING :
Reaksi hipersensitifitas ; reaksi pada kulit misal kemerahan. Agranulositosis.
KONTRA INDIKASI :
- Penderita hipersensitif
- Bayi dibawah 3 bulan atau dengan berat badan kurang dari 5 kg
- Wanita hamil & menyusui
- Penderita dengan tekanan darah sistolik kurang dari 10 mmHg
CARA PENYIMPANAN :
Simpan pada suhu 30 ± 2 derajat C
KEMASAN :
Dus 10 strip @ 10 kaplet, GKL 8707100410A1
Dus 10 strip @ 1000 kaplet, GKL 8707100410A1
Dus 10 strip @ 10 Taplet, GKL 9907107910A1
PABRIK :
PT FIRST MEDIPHARMA
HARGA : Rp. 200,00
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
ANTIZA TABLET
KOMPOSISI :
Tiap tablet mengandung Metampiron 500 mg
CARA KERJA OBAT :
Metampiron bekerja sebagai analgesik. Diabsorpsi dari saluran pencernaan, mempunyai waktu paruh 1-4 jam.
INDIKASI :
Untuk meringankan rasa sakit terutama nyeri kolik dan sakit setelah operasi.
DOSIS :
Dewasa jika sakit 1 tablet, berikutnya 1 tablet tiap 6-8 jam, maksimum 4 tablet sehari.
PERINGATAN & PERHATIAN :
- Tidak untuk mengobati sakit otot pada gejala-gejala flu dan tidak untuk mengobati reumatik, lumbago, sakit punggung, bursitis, sindroma bahu-lengan.
- Karena dapat meningkatkan agraulusitosis yang berakibat fatal maka sebaiknya tidak digunakan dalam jangka panjang terus menerus.
- Hati-hati pada penderita yang pernah mengalami gangguan pembentukan darah/kelainan darah, gangguan fungsi hati atau ginjal.Karena itu perlu dilakukan pemeriksaan uji fungsi hati dan darah pada penggunaan yang lebih lama dari penggunaan untuk mengatasi rasa sakit akut.
EFEK SAMPING :
Reaksi hipersensitifitas ; reaksi pada kulit misal kemerahan. Agranulositosis.
KONTRA INDIKASI :
- Penderita hipersensitif
- Bayi dibawah 3 bulan atau dengan berat badan kurang dari 5 kg
- Wanita hamil & menyusui
- Penderita dengan tekanan darah sistolik kurang dari 10 mmHg
CARA PENYIMPANAN :
Simpan pada suhu 30 ± 2 derajat C
KEMASAN :
Dus 10 strip @ 10 kaplet, GKL 8707100410A1
Dus 10 strip @ 1000 kaplet, GKL 8707100410A1
Dus 10 strip @ 10 Taplet, GKL 9907107910A1
PABRIK :
PT FIRST MEDIPHARMA
HARGA : Rp. 200,00
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
ANTIZA TABLET
KOMPOSISI :
Tiap tablet salut gula mengandung :
Parasetamol 500 mg
Dekstrometorfan HBr 15 mg
Klorfeniramin Maleat 1 mg
Fenilpropanolamin HCL 12,5 mg
INDIKASI :
Untuk meringankan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat dan bersin-bersin yang disertai batuk.
ATURAN PAKAI :
Dewasa : 1 dragee, 3-4 kali sehari
CARA KERJA OBAT : Bekerja sebagai analgesik antipiretik, antitusif, antihistamin dan dekongestan hidung.
KONTRA INDIKASI :
- Penderita dengan gangguan jantung dan diabetus melitus
- Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini
- Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat
INTERAKSI OBAT :
Penggunaan bersamaan dengan antidepresan tipe penghambat MAO dapat mengakibatkan krisis hipertensi.
EFEK SAMPING : - Mengantuk, gangguan pencernaan, gangguan psikomotor, takikardi, aritmia, mulut kering, palpitasi, retensi urin.
- Penggunaan dosis besar dan jangka panjang menyebabkan kerusakan hati.
PERINGATAN & PERHATIAN :
- Hati-hati penggunaan pada penderita dengan gangguan fungsi hati dan ginjal, glaukoma, hipertrofi prostat, hipertiroid, dan retensi urin.
- Tidak dianjurkan penggunaan pada anak usia dibawah 6 tahun, wanita hamil dan menyususui, kecuali atas petunjuk dokter.
- Hati-hati penggunaan bersamaan dengan obat-obat yang menekan susunan syaraf pusat.
- Selama minum obat ini tidak boleh mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin.
- Penggunaan pada penderita yang mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan resiko kerusakan fungsi hati
- Hati-hati untuk penderita debil dan hipoksia (kekurangan oksigen).
- Dapat menyebabkan depresi pernafasan dan susunan syaraf pusat pada penggunaan dengan dosis besar atau pada pasien dengan gangguan fungsi pernafasan (misal asma, emfisema).
KEMASAN & NO REG. :
Dus berisi 100 tablet (10 strip @ 10 tablet)
SIMPAN DI TEMPAT SEJUK (15-25 DERAJAT C),KERING DAN TERLINDUNG DARI CAHAYA
PABRIK :
PT. Coronet Crown
HARGA : Rp. 850,00
Sumber :
Parasetamol 500 mg
Dekstrometorfan HBr 15 mg
Klorfeniramin Maleat 1 mg
Fenilpropanolamin HCL 12,5 mg
INDIKASI :
Untuk meringankan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat dan bersin-bersin yang disertai batuk.
ATURAN PAKAI :
Dewasa : 1 dragee, 3-4 kali sehari
CARA KERJA OBAT : Bekerja sebagai analgesik antipiretik, antitusif, antihistamin dan dekongestan hidung.
KONTRA INDIKASI :
- Penderita dengan gangguan jantung dan diabetus melitus
- Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini
- Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat
INTERAKSI OBAT :
Penggunaan bersamaan dengan antidepresan tipe penghambat MAO dapat mengakibatkan krisis hipertensi.
EFEK SAMPING : - Mengantuk, gangguan pencernaan, gangguan psikomotor, takikardi, aritmia, mulut kering, palpitasi, retensi urin.
- Penggunaan dosis besar dan jangka panjang menyebabkan kerusakan hati.
PERINGATAN & PERHATIAN :
- Hati-hati penggunaan pada penderita dengan gangguan fungsi hati dan ginjal, glaukoma, hipertrofi prostat, hipertiroid, dan retensi urin.
- Tidak dianjurkan penggunaan pada anak usia dibawah 6 tahun, wanita hamil dan menyususui, kecuali atas petunjuk dokter.
- Hati-hati penggunaan bersamaan dengan obat-obat yang menekan susunan syaraf pusat.
- Selama minum obat ini tidak boleh mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin.
- Penggunaan pada penderita yang mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan resiko kerusakan fungsi hati
- Hati-hati untuk penderita debil dan hipoksia (kekurangan oksigen).
- Dapat menyebabkan depresi pernafasan dan susunan syaraf pusat pada penggunaan dengan dosis besar atau pada pasien dengan gangguan fungsi pernafasan (misal asma, emfisema).
KEMASAN & NO REG. :
Dus berisi 100 tablet (10 strip @ 10 tablet)
SIMPAN DI TEMPAT SEJUK (15-25 DERAJAT C),KERING DAN TERLINDUNG DARI CAHAYA
PABRIK :
PT. Coronet Crown
HARGA : Rp. 850,00
Sumber :
0 komentar :
Posting Komentar